Mereka telah kehilangan semangat semenjak liburan
itu mengkotak-kotakkan hati mereka. Semua terkotak terpetak dan tak ada saluran
bolong yang menyatukannya kembali. Kering, ya keringlah sudah.
Satu kelas tampak
kebingugan, semua kata menari memenuhi langit-langit kelas tanpa bisa terucap
pengucap yang bisa ditelan mentah lalu menelusup ke hati lalu di simpan dan
dipikirkan kemudian. Beberapa minggu berjalan seperti itu hingga puncak
kebingungan dan kefuturan bersarang pada jiwa-jiwa intelek itu. Tibalah hari
dimana seorang itu memuntahkan kegulanaan bagai pasien gila yang menari-nari
tanpa busana di jalanan, kali ini dia menunjukkan gila dirinya di hadapan
teman-temnanya.
“Hai, apa yang
dilakukannya?” seorang bertanya keheranan. Padahal di jidatnya tertulis persis
seperti penggila itu. Dasar, sama saja, yang membedakan hanya aksi gila yang
dilihatkan penggila itu.
“Hai gila!”
sekali lagi yang lain berteriak.
“Presiden evil!”
celetukan kembali terlonar dari orang yang lebih gila, hanya saja dia mungkin sudah
lebih purba mempertontonkan segala ketidakwajarannya pada kenyataan yang lebih
luas.
Kali ini dia
berkata, “I have no idea. I feel shy. So, I want to replace this place. I don’t
want to be a leader anymore.”
“Presiden evil
sudah gila. Kegilaan jika ditinggalkan akan hancur. Lalu bagaimana dengan nasib
para penggila lainnya jika kepala gila kita mundur?” Seorang mahasiswa perokok
itu seperti hampir kehabisan bateri hidupnya. Nyala rokoknya hampir membakar
habis semangatnya.
Semua masih
sepi, sibuk dengan urusan lain, padahal di pori-pori hatinya, hanya ada
teman-temannya. Mereka berdusta pada wajah mereka masing-masing. Begitulah
keadaan mereka disadarkan sebelum waktu penyesalan itu tiba.
Oh, ternyata
semua tetap saja membohongi diri.
“Presiden evil
untuk rakyat evil.”
Membingungkan???
Heh, selamat!!!
(Memori kata masuk kata ditulis, Kamis,17 Okt 2013)
(Memori kata masuk kata ditulis, Kamis,17 Okt 2013)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar