#part I (General)
Hari ini aku kembali bertemu dengannya, lelaki yang ku kagumi itu. Sudah masuk tahun ke empat kuliahku dan aku masih seperti dulu, hanya bersembunyi di balik kacamata wanitaku.
Sore itu, aku menginjakkan kaki di kampus yang sepi, hanya terlihat secuil debu beterbangan menyapu tanah. Langkahku bukan langkah semangat, bukan juga langkah lesu, melainkan langkah rutinitas sebagai seorang mahasiswi yang mengisi liburan dengan sedikit kegiatan. Menaiki anak tangga lalu sampailah pada lantai dan ruang yang dimaksud. Ku lihat sesungging senyum tulus menyambut kedatanganku di sana, dialah lelaki yang selama ini ku tau mencintaiku dengan sangat. Akupun membalas lalu merunduk jalan.
“Assalamualaikum.” Salamku lalu duduk dan becengkrama bersama teman-teman wanita lainnya. Posisiku bersebelahan dengan tiang agar tak terlalu jelas dari deretan para lelaki yang ternyata semuanya sedikit lebih muda dariku. Merekalah para generasi penerus kampus.
Sekitar sepuluh menit berlalu, akupun berdiri lalu keluar dari perkumpulan karena ada keperluan yang ingin kutunaikan sebentar. Tak lama berselang, akupun kembali, dan ada yang baru ketika aku kembali. Ada seorang yang kukagumi sudah duduk manis di sana. Senyumnya mengembang, khas dirinya yang biasa ku lihat setiap kami bertemu. Tak dipungkiri, otakku merekam semua tampilannya, hingga perubahan kulitnya setelah sekian lama merantau terekam otomatis. Selamat datang kembali di tempat ini, Ucap hatiku.
Melihatmu, haruskah aku menyimpankan satu buku yang bisa mengekspresikan segala tentangku untukmu? Aku pernah menulis satu cerita tentangku padamu, tapi hingga detik ini kau tak pernah tau. Biarlah, yang penting kau sudah abadi dalam buku itu. Aku lebih nyaman kau tak tau. Hanya berani berkata pada diri.
Tibalah saat dia berbagi dengan kami, segala kisah perjalanan, pelajaran, dan motivasi tersalur. Waktu ternyata membatasi kami namun sedikit wejangannya tak ku sia-siakan.
Uupss!! Ternyata ada mata lain yang memperhatikanku melihatnya. Senyumkupun tertangkap oleh sang pemberi senyum di awal. Maaf.
Bersambung…
*Maaf kalau tidak dimengerti, maklumkan hati sang pencurhat membebaskan diri. hi
“Assalamualaikum.” Salamku lalu duduk dan becengkrama bersama teman-teman wanita lainnya. Posisiku bersebelahan dengan tiang agar tak terlalu jelas dari deretan para lelaki yang ternyata semuanya sedikit lebih muda dariku. Merekalah para generasi penerus kampus.
Sekitar sepuluh menit berlalu, akupun berdiri lalu keluar dari perkumpulan karena ada keperluan yang ingin kutunaikan sebentar. Tak lama berselang, akupun kembali, dan ada yang baru ketika aku kembali. Ada seorang yang kukagumi sudah duduk manis di sana. Senyumnya mengembang, khas dirinya yang biasa ku lihat setiap kami bertemu. Tak dipungkiri, otakku merekam semua tampilannya, hingga perubahan kulitnya setelah sekian lama merantau terekam otomatis. Selamat datang kembali di tempat ini, Ucap hatiku.
Melihatmu, haruskah aku menyimpankan satu buku yang bisa mengekspresikan segala tentangku untukmu? Aku pernah menulis satu cerita tentangku padamu, tapi hingga detik ini kau tak pernah tau. Biarlah, yang penting kau sudah abadi dalam buku itu. Aku lebih nyaman kau tak tau. Hanya berani berkata pada diri.
Tibalah saat dia berbagi dengan kami, segala kisah perjalanan, pelajaran, dan motivasi tersalur. Waktu ternyata membatasi kami namun sedikit wejangannya tak ku sia-siakan.
Uupss!! Ternyata ada mata lain yang memperhatikanku melihatnya. Senyumkupun tertangkap oleh sang pemberi senyum di awal. Maaf.
Bersambung…
*Maaf kalau tidak dimengerti, maklumkan hati sang pencurhat membebaskan diri. hi
Tidak ada komentar :
Posting Komentar