Senin, 05 Januari 2015

Kegagalan Itu Milikku

“Aku hampir lupa rasanya menjadi pemenang, karena kegagalan lebih sering aku dapatkan.”

Kegagalan, satu kata yang bagi sebagian orang menjadi  momok yang menakutkan. Satu kata yang bagi sebagian orang juga menjadi hal yang harus dihindari. Satu kata yang malah bagi sebagian orang menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi, harus diiyakan, bahkan terkadang harus ditelan mentah-mentah.

Kegagalan bukan hanya masalah kita menerima lalu hilang. Jika perkaranya hanya sebatas itu, tidak ada orang yang takut akan gagal, tidak ada orang yang termotivasi ataupun merasa jatuh sama sekali, tapi kegagalan juga masalah hati, masalah kelapangan, masalah perasaan, dan masalah kesabaran. Orang yang berani menantang kegagalan adalah mereka yang memiliki kesabaran, mereka yang telah menyiapkan kelapangan pada hatinya. Setinggi tantangan lebih tinggi lagi kesabaran ketika kita menerima kekalahan.

Semua orang yang mengusahakan sesuatu pasti dengan tujuan untuk meraih keberhasilan, menjadi pemenang untuk suatu tantangan yang diambil. Semua orang menginginkan kebahagiaan untuk dirinya, karena menang itu menyenangkan. Tapi taukah, apapun tantangan itu, sekecil atau sebesar apapun, hanya ada satu diantara dua kemungkinan yang akan didapatkan. Menang atau kalah, berhasil atau gagal. Jika keberhasilan belum mendatangi kita, berlapangkah untuk kata gagal.

“Aku bersyukur meski yang kurasakan hanya sebuah kegagalan, daripada mereka yang tak merasakan apapun.”

Kegagalan atau keberhasilan akan terasa setelah orang menjalani sebuah tantangan, karena keduanya merupakan hasil dari sebuah perjuangan. Tidak merasakan berarti tidak berbuat, beranilah untuk merasakan, daripada tidak sama sekali.

Banyak orang menghindari tantangan untuk mencari jalan aman agar tak ada stempel gagal ataupun rasa sedih yang mungkin akan melandanya. Ketahuilah, mereka itulah pecundang.

Jangan juga cepat menghukumi diri kita tak memiliki kemampuan dalam hal ini ataupun hal itu, hanya mencoba yang akan membuat kita tahu. Kita ambil contoh, ada seorang yang berkata,”Ini mungkin bukan bidangku. Bidangku dan minatku adalah tulisan fiksi, sementara nonfiksi aku tak tau sama sekali.”

Bagaimana kita bisa mengetahui diri kita jika tidak mencobanya dahulu, bukan sekali, bukan dua kali, melainkan berkali-kali. Kemauan itu melampaui kemampuan. Komitmen dan konsistensi akan menemani kita untuk menjalani sebuah tantangan. Jika kegagalan adalah sesuatu yang ditakutkan lalu menghindari tantangan,  maka dipastikan tak ada kemenangan untuk seorang penakut.

Gagal itu bagai akar, kegagalan selanjutnya bagai batang, kegagalan selanjutnya lagi bagai daun, dan keberhasilan itu bagai bunga yang bermekaran. Akar itu buruk rupanya tapi paling kuat pengaruhnya. Kegagalan  selanjutnya lebih ringan karena kita sudah melewati akar, dan keberhasilan itu sangat indah, ditopang oleh akar, batang, dan daun. Maka jadikan kegagalan sebagai akar penyemangat untuk memekarkan bunga keberhasilan.

12 Ramadhan 1434 H / 21 Juli 2013
Pada kegagalan yang ke_4 dibidang 'itu'

(Maaf, jika tulisannya tidak beraturan. Jika ada masukan,silakan. Terima kasih.)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar