Maghrib, 28 Mei 2014…
Aku baru saja sampai di rumah setelah mengikuti rapat organisasi di kampus. Setelah helm ku letakkan pada tempatnya, aku melangkah letih ke kamarku di ujung barat sebelah ruang baca. Aku menyingkap gorden berwarna krem itu, dan aku tak menyangka ada seekor kucing tengah menikmati tidurnya di atas pelengkapan sholat yang ku letakkan di ujung ranjang.
“Kak,” aku memanggil kakakku agar meilhat kucing itu, “Kenapa kucing itu bisa ada di situ? Kan kotor tuh. Coba lihat wajahnya sama kepalanya!” Kami memperhatikan kucing itu, sedangkan si kucing yang diperbincangkan masih tidur dengan pulas.
“Tadi siang sebelum kamu berangkat ke kampus kamu tutup pintu kan?” Tanya kakak balik.
“Iya.” Setelah itu kami saling pandang, “Pasti masuk lewat jendela.” Sambungku.
Kakakku bergegas mengambil sapu lidi, aku pun masuk kamar membiarkan kucing itu masih pulas di ujung ranjangku. Ku letakkan tas ranselku di atas meja belajar, dia masih nyaman, aku membuka lemari, dia juga masih pulas, dan saat ku tarik kursi di dekat meja belajarku, kucing itupun terbangun.
“Meeeow.” Suaranya seperti bisikan yang sangat kecil dan hampir tak terdengar. Kenapa justru tidak lari? Kan sudah ketangkep basah tidur di kamarku? Aku heran.
“Sreet.” Suara sibakan gorden. “Ini sapu lidinya. Cepat usir kucing itu!”Kata kakakku yang tidak suka pada kucing.
“Gak tega, kasian.” Kataku.
Sedikit kecewa, kakakku pergi sambil berucap, “Mau kamu gatel-gatel, ih.” Diapun pergi.
Aku mengambil sapu lidi itu, ku goyang-goyangkan sehingga menghasilkan bunyi khasnya. Kucing yang sehat umumnya takut dengan suara khas sapu lidi yang digoyang, tapi kucing yang satu ini tidak. Ada apa?
Aku mulai mendekatinya, badannya cukup besar jika dibandingan kucing yang sering ku lihat. Matanya sesekali terbuka sayu, suaranya hampir tak terdengar, gerakknya lemah. Anehnya, bagian kepalanya meyakinkanku bahwa kucing ini sudah tua tepatnya lansia, ubanan.
Untuk sementara aku mengalah. Aku sholat maghrib dengan mukena lain dan sajadah lain di ruang baca, kucing itu ku biarkan menang atas tempat tidurku saat ini. Usai sholat, saatnya mengusir si kucing dengan hormat, tak lupa mengambil fotonya sebagai bukti ceritaku, he.
Aku menuju dapur, memeriksa makanan yang kira-kira bisa memancing si kucing lansia itu keluar. Ternyata ada ikan goreng, tepat! Aku mengambil bagian kepalanya dan diurap bersama sedikit nasi, kira-kira cukup mengenyangkan bagi si kucing. Jadilah ‘nasi campur’.
Aku bergegas ke kamar, menggerak-gerakkkan tanganku yang masih bau ikan di hadapan hidungnya. “Si, si, si.” Si kucing masih diam. “Si..”
“Meeow.” Bisikannya benar-benar tak terdengar, tapi mulutnya bergerak lebar, he, kucingnya berpantomim. Dia mulai mengangkat tubuhnya dan perlahan turun dari tempat tidurku. Dia membuntutiku. Aku membawa ‘nasi campur’ tadi ke luar rumah. Sesampai di dekat gerbang, akupun meletakkannya, lumayan gelap. Si kucing makan dengan lahap. Aku duduk di hadapannya.
“Kucing, maaf aku tak menyentuhmu sedikitpun, bukan karena apa, aku hanya menjaga diriku karena kamu kotor. Jika aku tua nanti, adakah orang yang akan merawatku?” Diam sejenak.
“Kucing, dimana anak-anakmu? Kenapa kalian gak sama2 aja? Kamu kan sudah lansia? Bagaimana kalau aku tua nanti, apakah anak-anakku akan menemaniku?” Si kucing masih asyik dengan makanannya.
“Kucing, bagaimana cara kamu minta tolong, sedangkan suara kamu sudah hampir habis untuk mempertahankan hidup? Adakah orang yang mendengarku jika nanti aku meminta tolong saat lemahnya keadaanku?” Si kucing tak peduli.
“Kucing, aku gak tega ngusir kamu karena kamu lansia, bagaimana jika nanti aku diusir saat akau lansia, kemana aku harus pergi?” Makanannya hampir habis.
“Maaf kucing, aku tidak bisa menemanimu lebih lama.” Aku bangkit, lalu bertolak ke dalam rumah, si kucing masih lahap menikmati makan malamnya.
***
“Ya Allah, jika umur ini Kau panjangkan, maka beri kami semangat untuk terus beribadah padaMu. Baikkan keadaan hidup kami, kokohkan ukhuwah kami agar tak ada kami yang terlantar di masa tua.
Ya Allah. Kama tadinu tudan. Jadikan kami anak-anak yang menjaga orang tuanya dengan baik sehingga kelak kamipun diperlakuan baik oleh anak-anak kami. Aamin. Sesungguhnya Engkau yang maha setia.”
***
Tidak ada komentar :
Posting Komentar