Senin, 05 Januari 2015

Pak Tukang Becak

Pagi beranjak siang, semakin dekat hari perpisahan bersama teman-teman PPL, semakin tak ingin melewatkan momen-momen kecil untuk bersama. Tapi hari ini berbeda dengan sebelumnya, masih suasana UTS siswa, mahasiswa PPL diliburkan sementara, hanya yang punya keperluan dengan guru pamong saja yang ke sekolah, termasuk aku, dua orang teman cewek, dan seorang cowok.

Usai menemui guru pamong, tiba-tiba salah seorang temanku menawarkan agar kami ke pasar membeli keperluan dapur, mengingat selama di posko PPL KKN kami hampir tidak pernah ke pasar dan hanya membeli dipenjaja kaki lima dekat posko. Kami sepakat dan tak lama lewatlah becak di depan sekolah.

"Pak, stop!" Teriak Ahyar, teman cowok kami. Aku dan dua orang teman cewekku bergegas menuju becak, sedangkan yang cowok memilih untuk kembali ke posko. Kamipun menaiki si becak.
"Mau kemana, Nak?"Tanya pak kusir.
"Pasar, Pak."
"Pasar terminal?" Tanyanya lagi.
"Iya, Pak."

Sejenak obrolan kami terputus, yang ada hanyalah angin sepoi yang mengingatkan kami untuk bersyukur atas segala nikmat udara, kesempatan, umur, kehidupan yang lebih baik dari si tukang becak, dan masih banyak lagi yang harus disyukuri. Aku tersenyum lantaran ini pertama kali lagi aku menaiki becak setelah sekian tahun hanya bergantung pada kendaraan berbensin.

"Lagi PPL ya, Nak?" Tanya pak kusir.
"Iya, Pak."
"Kapan selesainya?"
"Dua minggu lagi, Pak."
"Oh. Anak saya juga sedang PPL. Semoga bapak bisa membiayainya hingga selesai."
"Iyakah?"

Kalimat itu memang sedikit, tapi hanya mereka yang pekalah yang mampu mengambil pelajaran luar biasa. Kami saling menatap. Tak menduga ternyata dibalik kesederhanaan bapak ini, ada anak yang bisa dibiayainya hingga hampir selesai kuliah. Aku jadi teringat tempo hari di TV, ketika sang putri wisuda, dia diantar dengan becak oleh ayahnya. Mungkin kelak iapun akan menjadi seperti itu, ayah sederhana dengan anak luar biasa.

"Ya Allah, terima kasih untuk pelajaran berharga yang Engkau ajarkan melalui seorang bapak-bapak dan seekor kudanya, betapa bersyukurnya kami yang masih memiliki orang tua yang jauh lebih berkecukupan. Sehatkan orang tua kami, jaga motivasi kami untuk tetap semangat belajar sebagaimana senantiasanya motivasi mereka agar kami menjadi pribadi mandiri yang bisa bermanfaat bagi sesama. Ya Allah, lancarkan rizki si tukang becak, semoga cita-cita yang ia titipkan pada anaknya Engkau wujudkan. Aamiin."



Tidak ada komentar :

Posting Komentar